Rangkong: Permata Indah yang Paruhnya Bernilai Ratusan Juta Rupiah
Sebagai penebar biji yang efektif, burung ini membantu regenerasi hutan dengan menyebarkan benih pohon buah melalui aktivitas makannya.
Selain itu, ketergantungannya pada pohon-pohon besar untuk bersarang menjadikannya indikator kesehatan suatu kawasan hutan.
Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, populasi rangkong gading menghadapi ancaman serius akibat perburuan dan perdagangan ilegal yang meningkat.
Permintaan tinggi dari negara seperti China untuk paruh rangkong, yang digunakan sebagai obat, hiasan, atau barang kerajinan, telah mendorong perburuan masif. Selain itu, deforestasi dan alih fungsi lahan yang menjadi habitatnya turut berkontribusi pada penurunan populasi spesies ini.
Data dari Lembaga Rangkong Indonesia dan
Yayasan Titian menunjukkan bahwa pada tahun 2013, sekitar 6.000 burung rangkong gading dewasa dibunuh di Kalimantan Barat untuk diambil kepalanya. Pada tahun 2015, sebanyak 2.343 paruh burung disita dari perdagangan gelap, dengan permintaan terbesar berasal dari China.
Selain itu, survei yang dilakukan oleh Bentang Alam Kapuas Hulu pada tahun 2021 mencatat 1.003 perjumpaan dengan burung rangkong, di mana 86,9% di antaranya berdasarkan suara. Jenis rangkong yang paling banyak dijumpai adalah rangkong cula, sementara rangkong gading hanya 9,6%.
Pergeseran nilai adat di masyarakat Dayak, Kalimantan, juga mempengaruhi populasi burung rangkong gading. Dulu, penggunaan bulu hingga paruh burung ini terbatas pada orang tertentu seperti dukun. Namun, modernisasi dan globalisasi menyebabkan pergeseran nilai kesakralan sehingga mengancam keberadaan spesies tersebut.
Selain itu, penegakan hukum terhadap perdagangan ilegal juga terus ditingkatkan. Pada tahun 2021, pihak bandara dan Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang berhasil menggagalkan penyelundupan 23 paruh burung rangkong gading senilai Rp 900 juta yang diduga akan dijual ke pasar luar negeri.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tantangan dalam konservasi burung rangkong gading masih besar. Diperlukan kerjasama yang lebih erat antara pemerintah, masyarakat adat, dan organisasi konservasi untuk memastikan kelestarian spesies ini di alam liar.
Teks: Okky Tri Nugroho
Komentar
Posting Komentar